Tips Tekno – JAKARTA – Bill Gates, dalam sebuah prediksi berani, menggambarkan masa depan kerja dengan perubahan signifikan: hanya dua hari kerja dalam satu dekade mendatang, berkat kemajuan pesat kecerdasan buatan (AI).
Dengan AI yang mengambil alih sebagian besar tugas manusia, Gates membayangkan keseimbangan kehidupan dan pekerjaan yang lebih harmonis.
Meskipun akhir pekan panjang dan sistem kerja tiga hari seminggu masih menjadi impian, potensi pengurangan jam kerja menjadi kenyataan yang semakin dekat berkat perkembangan AI.
: Viral di Medsos: Artificial Intelligence (AI) Bisa Bikin Bukti Transfer Fiktif, Bank Indonesia Buka Suara
Pendiri Microsoft ini meyakini AI akan merevolusi tenaga kerja global, secara potensial memangkas jam kerja standar menjadi hanya dua hari dalam sepuluh tahun ke depan.
Dalam wawancara di The Tonight Show bersama Jimmy Fallon, Gates memprediksi AI akan mampu menangani sebagian besar pekerjaan manusia dalam waktu satu dekade.
: : Pengamat Desak Peraturan Artificial Intelligence (AI) Segera Disampaikan ke Prabowo
Pergeseran ini, menurutnya, akan membebaskan individu dari rutinitas kerja lima hari yang melelahkan, membuka jalan bagi lebih banyak waktu luang, kreativitas, dan keseimbangan hidup.
Sistem kerja lima hari seminggu telah menjadi norma selama beberapa dekade, tetapi Gates yakin hal ini akan segera berubah drastis.
: : RI Fokus Kembangkan Artificial Intelligence (AI), Microsoft Bilang Begini
Gates membayangkan AI tidak hanya membantu, tetapi juga menggantikan manusia dalam berbagai peran, mulai dari manufaktur dan logistik hingga sektor kesehatan dan pendidikan.
“AI akan mampu menyelesaikan berbagai masalah, seperti kekurangan dokter atau tenaga kesehatan mental. AI membawa perubahan besar,” ujar Gates, seperti dikutip Economic Times, Senin (28/4/2025).
Perubahan ini, menurutnya, akan memicu diskusi mendalam tentang redefinisi ketenagakerjaan, dengan minggu kerja dua atau tiga hari menjadi standar baru.
AI, dalam pandangan Gates, bukan hanya alat, tetapi juga katalis perubahan besar dalam perspektif kita tentang waktu, produktivitas, dan kepuasan pribadi.
Namun, prediksi Gates bergantung pada perkembangan Kecerdasan Umum Buatan (AGI), sebuah titik di mana sistem AI menyamai atau melampaui kecerdasan manusia.
Walaupun optimis tentang potensi AGI dalam memecahkan masalah dan mendorong inovasi, Gates mengakui proses transformasi ini tidak akan berjalan mulus.
Lantas apa yang akan terjadi pada manusia?
Visi minggu kerja yang lebih pendek menimbulkan pertanyaan krusial: bagaimana nasib jutaan orang yang menggantungkan hidup pada pekerjaan yang mungkin akan digantikan oleh AI?
“Kita akan memutuskan [pekerjaan yang membutuhkan AI]. Seperti bisbol, kita tidak ingin komputer bermain bisbol, jadi beberapa hal akan tetap kita lakukan sendiri,” katanya berseloroh.
Namun, ia menambahkan bahwa dalam hal produksi, transportasi, bahkan pertanian, mesin pada akhirnya akan mendominasi.
Ahli seperti Geoffrey Hinton, yang disebut “Bapak AI”, telah memperingatkan tentang potensi kesenjangan ekonomi yang besar akibat konsentrasi kekuasaan dan modal di tangan segelintir orang.
Gates sendiri telah mengakui kekhawatiran ini, dan menganjurkan sistem pendukung bagi mereka yang kehilangan pekerjaan di masa depan.
Selain itu, CEO yang didukung Jeff Bezos dan bahkan Vatikan telah menyuarakan keraguan etis. Siapa yang mengendalikan AI? Siapa yang diuntungkan? Bagaimana memastikan kemajuan teknologi tidak mengorbankan kesejahteraan manusia?
Prediksi Bill Gates tentang dua hari kerja seminggu mungkin terdengar futuristik, tetapi dengan perkembangan pesat AI, perubahan besar sudah mulai terlihat.
Apakah masa depan ini akan membawa kebebasan lebih besar atau lebih banyak kecemasan akan bergantung pada teknologi itu sendiri, dan bagaimana masyarakat mengelola perkembangannya.
Yang pasti, tempat kerja masa depan akan sangat berbeda, dan kita perlu mendefinisikan ulang arti “bekerja” itu sendiri.